Keraton Ratu Boko Sleman Yogyakarta
Keraton Ratu Boko merupakan salah satu destinasi wisata di jogja, tepatnya didaerah sleman, yogyakarta. Ratu Boko menjadi lokasi wisata terpopuler saat ini. Banyak dari para pengunjung ke lokasi ini karena suasana dan pemandangan yang sangat fenomenal dan fantastis, terutama pada saat sore hari menjelang petang para pengunjung akan disuguhi indahnya sunset (matahari tenggelam). Uniknya, semakin petang (menjelang maghrib) semakin ramai pengunjung.
Pada abad ke 17 (tujuh belas), ada seorang warga eropa yang sempat berkunjung ke Jawa, tepatnya di wilayah Bokoharjo. Hanya saja, orang tersebut tidak menemukan situs yang dimaksud. Orang asing (eropa) tersebut yang masih penasaran dengan situs yang ditemukan ini, bercerita dengan H.J. De Graff orang Belanda yang pada akhirnya dilakukanlah sebuah penelitian oleh FDX Bosch sehingga ditemukanlah reruntuhan ini. Situs Ratu Boko ini terletak sekitar 3 km ke arah selatan dari Candi Prambanan (Klaten). Kawasan Situs Ratu Boko yang berlokasi di atas sebuah bukit dengan ketinggian ± 195.97 m diatas permukaan laut. Situs Ratu Boko ini pada dasarnya bukanlah sebuah candi, melainkan reruntuhan sebuah kerajaan pada kala itu. Oleh karena itu, berdasarkan cerita warga setempat bahwa Candi Ratu Boko sering juga disebut Keraton Ratu Boko.
karena menurut legenda atau berdasarkan cerita situs tersebut merupakan istana Ratu Boko, ayah Lara Jonggrang. Maka dari itu dapat diperkirakan bahwa situs Ratu Boko dibangun sekitar pada abad ke-8 (delapan) oleh Wangsa Syailendra yang beragama Buddha, namun kemudian diambil alih oleh raja-raja Mataram Hindu. Peralihan "pemilik" tersebut ternyata menyebabkan bangunan Keraton Boko dipengaruhi oleh Hinduisme dan Buddhisme.
Di situs Ratu Boko ditemukan sebuah prasasti berangka tahun 792 M yang dinamakan Prasasti Abhayagiriwihara. Isi prasasti tersebut, telah mendasari dugaan bahwa Keraton Ratu Boko dibangun oleh Rakai Panangkaran. Prasasti Abhayagiriwihara ditulis menggunakan huruh pranagari, yang merupakan salah satu ciri prasasti Buddha. Dalam prasasti itu disebutkan bahwa Raja Tejapurnama Panangkarana, yang diperkirakan adalah Rakai Panangkaran, telah memerintahkan pembangunan Abhayagiriwihara. Nama yang sama juga disebut-sebut dalam Prasasti Kalasan (779 M), Prasati Mantyasih (907 M), dan Prasasti Wanua Tengah III (908 M). Menurut para pakar, kata abhaya mempunyai arti tanpa hagaya atau damai, giri berarti gunung atau bukit. Dengan demikian, Abhayagiriwihara mempunyai arti biara yang dibangun di sebuah bukit yang penuh kedamaian. Pada pemerintahan Rakai Walaing Pu Kombayoni, yaitu tahun 898-908, Abhayagiri Wihara berganti nama menjadi Kraton Walaing.
Keraton Ratu Boko menempati lahan yang cukup luas dan terdiri atas beberapa kelompok bangunan. Sebagian besar di antaranya saat ini hanya berupa reruntuhan. Kali ini saya akan berbagi sedikit informasi diantaranya Pintu Gerbang, Candi Batukapur, Candi Pembokoran, Paseban, Pendapa, dan Goa.
Gerbang situs ini terdiri dari 2 gerbang yaitu, dalam dan juga luar yang terletak di bagian barat situs. Gerbang luar memiliki ukuran yang lebih kecil daripada Gerbang dalamnya yang merupakan sebuah gerbang utama keraton. Gerbang ini disusun dengan gapura paduraksa. Gerbang luar berjumlah 3 dan berjumlah 5 untuk Gerbang utama. Untuk lebih detailnya sebagai berikut, Gerbang masuk ke kawasan wisata Ratu Boko terletak di sisi barat. Berbagai macam bangunan pintu gerbang ini terletak dibagian lokasi yang cukup tinggi, sehingga apabila anda dari tempat parkir kendaraan mobil/bus, orang harus melalui jalan menanjak sekitar sejauh 100 meter. Pintu masuk terdiri atas dua gerbang, yaitu gerbang luar dan gerbang dalam. Gerbang dalam, yang ukurannya lebih besar merupakan gerbang utama.
Sekitar 15 m dari gerbang luar berdiri gerbang dalam atau gerbang utama. Gerbang ini terdiri atas 5 gapura paduraksa yang bebaris sejajar dengan gerbang luar. Bangunan Gapura utama ini diapit oleh dua bangunan gapura pengapit di setiap sisinya. Walaupun gerbang dalam ini terdiri atas lima gapura, namun tangga yang tersedia hanya tiga. Sehingga Dua gapura pengapit yang kecil ini tidak dihubungkan dengan tangga. Tangga naik ini dilengkapi dengan pipi tangga dan berhiaskan "ukel" (gelung) di pangkal dan kepala raksasa di puncak pipi tangga. Sedangkan dinding bagian luar pipi tangga juga dihiasi seni dengan pahatan bermotif sulur-suluran dan motif bunga-bunga.
Di Candi Ratu Boko sekitar 45 m dari gerbang pertama, ke arah timur laut, terdapat bangunan fondasi berukuran 5×5 m2 yang dibangun dari batu kapur. Diperkirakan bahwa dinding dan atap bangunan aslinya tidak terbuat dari batu, melainkan dari bahan lain yang mudah rusak, seperti kayu dan sirap atau genteng biasa.
Candi pemBokoran berbentuk teras tanah berundak setinggi 3 m. Letaknya sekitar 37 meter ke arah timur laut dari pintu gerbang utama. Bangunan ini mempunyai denah dasar bujur sangkar dengan luas 26 meter persegi. Halaman teras kedua lebih sempit dari pada teras pertama, sehingga membentuk selasar di sekeliling teras kedua. Permukaan teras atas atau teras kedua ini merupakan pelataran rumput luas. Pada dinding kedua teras berundak tersebut telah diperkuat dengan turap dari susunan batu kali. Di sisi sebelah barat terdapat tangga batu yang dilengkapi dengan pipi tangga. Di tengah pelataran teras kedua terdapat semacam bangunan sumur berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 4X4 m2 yang digunakan sebagai tempat pemBokoran mayat. Di sudut tenggara candi pembokoran terdapat salah satu sumur tua yang konon merupakan sumber air suci.
Terdapat juga bangunan Paseban yang merupakan kata dalam bahasa Jawa yang berarti tempat untuk menghadap raja (seba = menghadap). Bangunan ini terletak sekitar 45 m ke arah selatan dari gapur. Paseban merupakan bangunan semacam teras yang dibangun dari batu andesit dengan tinggi 1,5 meter, lebar 7 meter dan panjang 38 meter, membujur arah utara-selatan. Terdapat tangga naik ke lantai paseban terletak di sebelah sisi barat. Di setiap bagian tempat halaman/permukaan lantai teryata telah ditemukan sebanyak 20 (dua puluh) umpak fondasi sebagai tempat untuk menancapkan tiang bangunan dan 4 (empat) alur yang diperkirakan bekas tempat berdirinya dinding pembatas bangunan.
Sekitar jarak 20 meteran dari bangunan paseban, kearah selatan dari gapura, terdapat sebuah bangunan dinding batu setinggi setinggi 3 meter yang memagari sebuah lahan dengan ukuran panjang 40 meter dan lebar 30 meter. Di sebelah sisi utara, barat dan selatan pagar tersebut terdapat jalan masuk berupa gapura paduraksa (gapura beratap). Di beberapa tempat di bagian luar dinding terdapat saluran pembuangan air, yang disebut jaladwara. Jaladwara ditemukan juga di candi Banyuniba dan Borobudur. Dalam bahasa Jawa, pendapa berarti ruang tamu atau hamparan lantai beratap yang umumnya terletak di bagian depan rumah.
Di luar dinding pendapa, arah tenggara, terdapat sebuah teras batu yang masih utuh. Di tempat paling ujungnya terdapat 3 buah candi kecil yang digunakan sebagai tempat pemujaan. Bangunan yang berada di tengah-tengah, dan bangunan tersebut berukuran lebih besar dibandingkan dengan kedua bangunan candi pengapitnya, adalah tempat untuk memuja Dewa Wisnu. Bangunan kedua candi tersebut yang mengapitnya, ternyata merupakan sebagai tempat memuja Sang Syiwa dan Brahma.
Keputren yang artinya tempat tinggal para putri letaknya di timur pendapa. Diwilayah lingkungan keputren terbagi menjadi dua tembok batu yang memiliki sebuah pintu penghubung. Dalam lingkungan pertama terdapat 3 buah kolam berbentuk persegi. Dalam lingkungan yang bersebelahan dengan lokasi/tempat ketiga kolam persegi di atas, terdapat 8 kolam berbentuk bundar yang berjajar dalam 3 baris.
Di daerah lereng bukit tempat kawasan Keraton Ratu Boko, terdapat dua buah bangunan goa, yang biasa disebut Goa Lanang dan Goa Wadon (goa lelaki dan perempuan). Bangunan Goa Lanang terletak disebelah timur laut "paseban" yang merupakan sebuah lorong berbentuk persegi. Di dalam goa, masing-masing di sisi sebelah kiri, kanan dan belakang, terdapat relung seperti bilik. Pada bagian dinding goa terdapat pahatan berbentuk semacam pigura persegi panjang. Goa Wadon yang terletak sekitar 20 meter ke arah tenggara dari "paseban" lebih kecil ukurannya dibandingkan dengan Goa Lanang dan pada bagian belakang goa terdapat relung seperti bilik.
Selain lokasi Keraton Ratu Boko ini, Kota ini terdapat banyak sekali destinasi wisata jogja terbaru. Wisata di Jogja tidak akan pernah bosan, meskipun anda sudah pernah datang tiga kali sekalipun.
Sejarah Singkat
Pada abad ke 17 (tujuh belas), ada seorang warga eropa yang sempat berkunjung ke Jawa, tepatnya di wilayah Bokoharjo. Hanya saja, orang tersebut tidak menemukan situs yang dimaksud. Orang asing (eropa) tersebut yang masih penasaran dengan situs yang ditemukan ini, bercerita dengan H.J. De Graff orang Belanda yang pada akhirnya dilakukanlah sebuah penelitian oleh FDX Bosch sehingga ditemukanlah reruntuhan ini. Situs Ratu Boko ini terletak sekitar 3 km ke arah selatan dari Candi Prambanan (Klaten). Kawasan Situs Ratu Boko yang berlokasi di atas sebuah bukit dengan ketinggian ± 195.97 m diatas permukaan laut. Situs Ratu Boko ini pada dasarnya bukanlah sebuah candi, melainkan reruntuhan sebuah kerajaan pada kala itu. Oleh karena itu, berdasarkan cerita warga setempat bahwa Candi Ratu Boko sering juga disebut Keraton Ratu Boko.
Kenapa Disebut Keraton Ratu Boko ?
karena menurut legenda atau berdasarkan cerita situs tersebut merupakan istana Ratu Boko, ayah Lara Jonggrang. Maka dari itu dapat diperkirakan bahwa situs Ratu Boko dibangun sekitar pada abad ke-8 (delapan) oleh Wangsa Syailendra yang beragama Buddha, namun kemudian diambil alih oleh raja-raja Mataram Hindu. Peralihan "pemilik" tersebut ternyata menyebabkan bangunan Keraton Boko dipengaruhi oleh Hinduisme dan Buddhisme.
Di situs Ratu Boko ditemukan sebuah prasasti berangka tahun 792 M yang dinamakan Prasasti Abhayagiriwihara. Isi prasasti tersebut, telah mendasari dugaan bahwa Keraton Ratu Boko dibangun oleh Rakai Panangkaran. Prasasti Abhayagiriwihara ditulis menggunakan huruh pranagari, yang merupakan salah satu ciri prasasti Buddha. Dalam prasasti itu disebutkan bahwa Raja Tejapurnama Panangkarana, yang diperkirakan adalah Rakai Panangkaran, telah memerintahkan pembangunan Abhayagiriwihara. Nama yang sama juga disebut-sebut dalam Prasasti Kalasan (779 M), Prasati Mantyasih (907 M), dan Prasasti Wanua Tengah III (908 M). Menurut para pakar, kata abhaya mempunyai arti tanpa hagaya atau damai, giri berarti gunung atau bukit. Dengan demikian, Abhayagiriwihara mempunyai arti biara yang dibangun di sebuah bukit yang penuh kedamaian. Pada pemerintahan Rakai Walaing Pu Kombayoni, yaitu tahun 898-908, Abhayagiri Wihara berganti nama menjadi Kraton Walaing.
Keraton Ratu Boko menempati lahan yang cukup luas dan terdiri atas beberapa kelompok bangunan. Sebagian besar di antaranya saat ini hanya berupa reruntuhan. Kali ini saya akan berbagi sedikit informasi diantaranya Pintu Gerbang, Candi Batukapur, Candi Pembokoran, Paseban, Pendapa, dan Goa.
1. Gerbang
Gerbang situs ini terdiri dari 2 gerbang yaitu, dalam dan juga luar yang terletak di bagian barat situs. Gerbang luar memiliki ukuran yang lebih kecil daripada Gerbang dalamnya yang merupakan sebuah gerbang utama keraton. Gerbang ini disusun dengan gapura paduraksa. Gerbang luar berjumlah 3 dan berjumlah 5 untuk Gerbang utama. Untuk lebih detailnya sebagai berikut, Gerbang masuk ke kawasan wisata Ratu Boko terletak di sisi barat. Berbagai macam bangunan pintu gerbang ini terletak dibagian lokasi yang cukup tinggi, sehingga apabila anda dari tempat parkir kendaraan mobil/bus, orang harus melalui jalan menanjak sekitar sejauh 100 meter. Pintu masuk terdiri atas dua gerbang, yaitu gerbang luar dan gerbang dalam. Gerbang dalam, yang ukurannya lebih besar merupakan gerbang utama.
Sekitar 15 m dari gerbang luar berdiri gerbang dalam atau gerbang utama. Gerbang ini terdiri atas 5 gapura paduraksa yang bebaris sejajar dengan gerbang luar. Bangunan Gapura utama ini diapit oleh dua bangunan gapura pengapit di setiap sisinya. Walaupun gerbang dalam ini terdiri atas lima gapura, namun tangga yang tersedia hanya tiga. Sehingga Dua gapura pengapit yang kecil ini tidak dihubungkan dengan tangga. Tangga naik ini dilengkapi dengan pipi tangga dan berhiaskan "ukel" (gelung) di pangkal dan kepala raksasa di puncak pipi tangga. Sedangkan dinding bagian luar pipi tangga juga dihiasi seni dengan pahatan bermotif sulur-suluran dan motif bunga-bunga.
2. Candi Batukapur
Di Candi Ratu Boko sekitar 45 m dari gerbang pertama, ke arah timur laut, terdapat bangunan fondasi berukuran 5×5 m2 yang dibangun dari batu kapur. Diperkirakan bahwa dinding dan atap bangunan aslinya tidak terbuat dari batu, melainkan dari bahan lain yang mudah rusak, seperti kayu dan sirap atau genteng biasa.
3. Candi Pembokoran
Candi pemBokoran berbentuk teras tanah berundak setinggi 3 m. Letaknya sekitar 37 meter ke arah timur laut dari pintu gerbang utama. Bangunan ini mempunyai denah dasar bujur sangkar dengan luas 26 meter persegi. Halaman teras kedua lebih sempit dari pada teras pertama, sehingga membentuk selasar di sekeliling teras kedua. Permukaan teras atas atau teras kedua ini merupakan pelataran rumput luas. Pada dinding kedua teras berundak tersebut telah diperkuat dengan turap dari susunan batu kali. Di sisi sebelah barat terdapat tangga batu yang dilengkapi dengan pipi tangga. Di tengah pelataran teras kedua terdapat semacam bangunan sumur berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 4X4 m2 yang digunakan sebagai tempat pemBokoran mayat. Di sudut tenggara candi pembokoran terdapat salah satu sumur tua yang konon merupakan sumber air suci.
4. Paseban
Terdapat juga bangunan Paseban yang merupakan kata dalam bahasa Jawa yang berarti tempat untuk menghadap raja (seba = menghadap). Bangunan ini terletak sekitar 45 m ke arah selatan dari gapur. Paseban merupakan bangunan semacam teras yang dibangun dari batu andesit dengan tinggi 1,5 meter, lebar 7 meter dan panjang 38 meter, membujur arah utara-selatan. Terdapat tangga naik ke lantai paseban terletak di sebelah sisi barat. Di setiap bagian tempat halaman/permukaan lantai teryata telah ditemukan sebanyak 20 (dua puluh) umpak fondasi sebagai tempat untuk menancapkan tiang bangunan dan 4 (empat) alur yang diperkirakan bekas tempat berdirinya dinding pembatas bangunan.
5. Pendapa
Sekitar jarak 20 meteran dari bangunan paseban, kearah selatan dari gapura, terdapat sebuah bangunan dinding batu setinggi setinggi 3 meter yang memagari sebuah lahan dengan ukuran panjang 40 meter dan lebar 30 meter. Di sebelah sisi utara, barat dan selatan pagar tersebut terdapat jalan masuk berupa gapura paduraksa (gapura beratap). Di beberapa tempat di bagian luar dinding terdapat saluran pembuangan air, yang disebut jaladwara. Jaladwara ditemukan juga di candi Banyuniba dan Borobudur. Dalam bahasa Jawa, pendapa berarti ruang tamu atau hamparan lantai beratap yang umumnya terletak di bagian depan rumah.
Di luar dinding pendapa, arah tenggara, terdapat sebuah teras batu yang masih utuh. Di tempat paling ujungnya terdapat 3 buah candi kecil yang digunakan sebagai tempat pemujaan. Bangunan yang berada di tengah-tengah, dan bangunan tersebut berukuran lebih besar dibandingkan dengan kedua bangunan candi pengapitnya, adalah tempat untuk memuja Dewa Wisnu. Bangunan kedua candi tersebut yang mengapitnya, ternyata merupakan sebagai tempat memuja Sang Syiwa dan Brahma.
6. Keputren
Keputren yang artinya tempat tinggal para putri letaknya di timur pendapa. Diwilayah lingkungan keputren terbagi menjadi dua tembok batu yang memiliki sebuah pintu penghubung. Dalam lingkungan pertama terdapat 3 buah kolam berbentuk persegi. Dalam lingkungan yang bersebelahan dengan lokasi/tempat ketiga kolam persegi di atas, terdapat 8 kolam berbentuk bundar yang berjajar dalam 3 baris.
7. Goa
Di daerah lereng bukit tempat kawasan Keraton Ratu Boko, terdapat dua buah bangunan goa, yang biasa disebut Goa Lanang dan Goa Wadon (goa lelaki dan perempuan). Bangunan Goa Lanang terletak disebelah timur laut "paseban" yang merupakan sebuah lorong berbentuk persegi. Di dalam goa, masing-masing di sisi sebelah kiri, kanan dan belakang, terdapat relung seperti bilik. Pada bagian dinding goa terdapat pahatan berbentuk semacam pigura persegi panjang. Goa Wadon yang terletak sekitar 20 meter ke arah tenggara dari "paseban" lebih kecil ukurannya dibandingkan dengan Goa Lanang dan pada bagian belakang goa terdapat relung seperti bilik.
Selain lokasi Keraton Ratu Boko ini, Kota ini terdapat banyak sekali destinasi wisata jogja terbaru. Wisata di Jogja tidak akan pernah bosan, meskipun anda sudah pernah datang tiga kali sekalipun.
Hi. I have checked your gerakserentak.com and
BalasHapusi see you've got some duplicate content so probably it is the reason that you
don't rank high in google. But you can fix this issue fast.
There is a tool that generates articles like human, just search in google:
miftolo's tools